Sunday 21 September 2014

Jerzey Grotowski


Senang sekali bisa menulis ini di blog saya...

Beberapa minggu yang lalu, kak is (Iswadi Pratama) mengajak kami berdiskusi tentang Jerzey Grotowski, Seorang Teaterawan yang juga murid dari Stanyslavski. Diskusi yang sangat menarik, bagaimana Pengaruh Stanyslavski pada sistem atau metode latihan Grotowski dan perbedaan antar keduanya. Grotowski terkenal dengan sebutan 'Teater Miskin' atau 'Poor Theatre', apakah itu? Pada tahun 1960-an ia melihat banyak pementasan teater yang menggunakan kecanggihan teknologi yang hadir di atas panggung, seperti make-up, kostum, lighting dan kecanggihan lainnya yang te
rnyata menurut Grotowski akan menenggelamkan kemampuan si aktor itu sendiri. Semuanya bersifat komersil dan seakan membuat teater jadi  bersaing dengan  dunia film dan televisi. Menurutnya tanpa segala kecanggihan itu dia merasa bisa membuat aktor tetap bagus diatas panggung dengan menggunakan media dari si aktor itu sendiri seperti tubuh dan impuls. Jadi kerja aktorlah yang paling utama dibanding segala jenis kecanggihan-kecanggihan yang ada. Sangat masuk di akal, karena sepengetahuanku memang segala bentuk kemewahan dan kecanggihan diatas panggung hanya untuk menutupi kelemahan si aktor dan membuatnya tidak menggali kemampuan aktor lebih dalam. Diskusi kami lanjutkan dengan pembahasan tentang fase Teater Miskin menurut Grotowski:


  • Theatre Laboratory 

Dalam lab teater ini yang merupakan fase pertama Aktor diharuskan bekerja dan melatih  tubuhnya sendiri seperti kelenturan tubuh, topeng organik dll. Aktor harus menyadari mana yang diri mereka pribadi mana yang peran. Aktor diminta untuk berkomunikasi dengan diri sendiri. Dalam fase ini Grotowski melenyapkan jarak antara panggung dan penonton. Jadi peonton dan aktor tampak lebih dekat dan aktor juga bisa berkomunikasi dengan penonton. akiting yang dimainkan para aktor bukan untuk mengidentifikasi tokoh, taoi untuk melawan kebenaran yang bersifat universal seperti norma, tabu dll.

  • Para Theaterical Research
Di fase kedua ini penonton diajak terlibat lebih jauh, aktor mulai bermain dengan penonton, agar apa yang dialami dan dirasakan si aktor dirasakan pula oleh peonton. Aktor harus membuat lingkungan baru dengan cara berkomunikasi dengan aktor lainnya, melalu metode 'Via Negativa' atau menghilangkan segala hambatan-hambatan yang akan menghalangi penyatuan antara manusia dan Tuhan. Dalam kasus ini Grotowski menyebutnya dengan kembali ke nol. Si aktor harus menyerahkan dirinya sepenuhnya tanpa ada rasa pretensi, tujuannya agar impuls hadir dalam diri si aktor. Akting menjadi sebuah terapi agar sebagai individu si aktor bisa lebur di tengah kolektivitas (depersonalisasi). Kita seperti melihat sekumpulan aktor yang sedang bermain tampak seperti seorang saja, mereka semua melakukan gerakan yang sama dan menjadi sebuah kesatuan. Di fase ini pula, aktor akan di asingkan dari keramaian, mereka akan melakukan meditasi dll. Grotowski mengundang beberapa master budaya dari belahan dunia dan mempelajarinya sehingga tahu beberapa bentuk-bentuk tubuh dari berbagai budaya. 
  • The Holy Actor
Fase ini adalah fase dimana aktor sudah menemukan jati dirinya setelah beberapa fase sebelumnya. Disini, aktor sudah tidak butuh penonton lagi. Dan ketika sudah menemukan jati dirinya, aktor sudah tidak butuh penas lagi. 


Diskusi malam itu diakhiri dengan keputusan bahwa kami akan memulai latihan dengan metode Grotowski secara bertahap. yang pertama kami akan melakuka olah tubuh atau pelenturan pada tubuh-tubuh aktor dengan berbagai macam gerakan yang beberapa kami coba cari referensi di you tube tentang metode latihan olah tubuh Grotowski. 

No comments:

Post a Comment