Monday 27 April 2015

Metode lima menit adegan #M&T

Ada yang paling mendebarkan sekaligus memicu saya untuk terus belajar dan mencari, yaitu penerapan metode lima menit adegan yang diciptakan sendiri oleh Kak Is. Apakah itu? Metode lima menit adegan adalah metode dimana waktu menjadi patokan dengan cara mengulang adegan yang berlangsung selama lima menit dan terus-terusan diulang  sampai jadi. Metode ini biasa digunakan untuk menghemat waktu dengan tetap memperhatikan detail.


Metode ini bisa sangat digunakan untuk mereka yang memiliki jam latihan sedikit dan sudah dikejar deadline. Misalnya durasi pertunjukan satu jam, dan setiap hari memiliki waktu latihan selama 3 jam, dan waktu latihan tersisa tinggal satu bulan. Setelah proses casting dan reading selesai, mulai dengan masuk ke blocking. Bagi seluruh durasi pertunjukan menjadi lima menit, itu berarti menjadi 12 bagian dari durasi 60 menit tersebut. Setiap hari, coba dan matangkan satu bagian. Lima menit adegan diulang-ulang terus sampai matang selama tiga jam. cukup? pasti cukup! keesokan harinya bagian selanjutnya.. dan seterusnya sampai seluruh bagian menjadi matang, dengan waktu 12 hari. selanjutnya jahit seluruh bagian dari adegan tersebut menjadi suatu pementasan yang unity. Lima hari cukup untuk mengulang keseluruhan pertunjukan yang sudah dijahit rapi. Selama lima hari latihan dari awal sampai akhir sambil memasukan musik dan mencoba kostum. Singkat bukan? kita hanya butuh waktu 17 hari untuk membereskan keseluruhan adegan.


Yang sangat menguntungkan juga dari metode ini adalah detail yang tercipta. lima menit adegan yang selalu diulang selama sehari sesi latihan sungguh akan mencuri perhatian. Sutradara serta aktor akan lebih memperhatikan detailnya karena terfokus ke satu titik yang akan terus diulang. Kekeliruan akan tampak dan aktor serta sutradara yang menyadari itu akan segera memperbaikinya di waktu itu juga, tanpa menunda, jadi langsung diesekusi sampai pada akhirnya adegan itu matang.

Pada garapan Madekur dan Tarkeni kali ini, Kak is mencoba menerapkan di awal-awal latihan. Sayangnya hanya dua kali latihan yang diterapkan. Waktu itu adegan Madekur selesai bersetubuh dengan Tarkeni di kompleks pelacuran pada hari pertama dan adegan ayah-ibu kembar di hari berikutnya. Sesungguhnya metode ini sangat berjalan dan efektif, kenapa, karena saya merasakan sekali kak is mendirect dengan detail, tiap gerak gerik badan bahkan bibir dan bola mata sungguh diperhatikan benar atau tidak, sesuai atau tidak dengan subteks yang ada di naskah. Memang, saya melihat beberapa teman, termasuk saya juga merasa sedikit kesulitan karena harus diulang, ketika sedikit saja tidak pas, atau ketika lawan main kurang cekatan, harus mengulang lagi, begitu terus sampai dapat yang pas. Tapi buat saya, sensasinya itu asik, kami jadi fokus dan tidak main-main, belum lagi tiap malam harus mencari akting yang pas untuk adegan selanjutnya. Jadi tidak ada waktu untuk leha leha dan bersantai ria. Saya sedang meminta Kak Is untuk meneruskan menggunakan metode ini. semoga!

Menurut saya, metode ini akan berjalan lancar dan mulus dengan catatan begini, Aktor sudah beres menganalisa naskah, karakteristik peran  dan mengatasai segala masalah dasar keaktoran seperti tempo, irama, imajinasi dll. Selain itu, proses reading juga sudah beres yang itu artinya aktor juga sudah menemukan subteks, sasaran adegan, dan segala analisa yang ada di teks. Setelah semua sudah dikunyah dengan baik oleh aktor, barulah metode lima menit adegan ini bisa mulussss...... Saya kira itulah mengapa Kak Is tidak melanjutkan metode lima menit ini, karna kami belum mengunyah betul apa yang aktor butuhkan untuk memulai metode tersebut. Istilahnya, modal kami belum cukup, harus terus mencari. Padahal, sepertinya metode ini sangat ampuh!! tapi kami belum bisa menerapkan dengan baik.

Monday 20 April 2015

Menyusun Biografi Peran #M&T

Lanjut tentang proses Madekur & Tarkeni......

Untuk mengembangkan karakter kita dalam setiap peran, kita harus memiliki biografi dari peran itu. Agar ada sejarah dibalik apa yang kita lakukan dan kita bicarakan diatas panggung. Latar belakang karakter harus terbangun dengan apik sesuai dengan naskah atau Given Circumstance (Situasi-situasi terberi yang ada dalam teks berdasarkan sistem Stanylavski)  yang ada dalam teks. Kita tidak boleh mengarang bebas dalam membuat biografi, harus dicocokan atau disesuaikan dengan apa yang terberi dalam naskah, yang sesungguhnya menurut saya itu adalah sebuah petunjuk agar kita bisa mengembangkan biografi itu sendiri. Berikut akan saya share tentang biografi dari peran saya sebagai "Marni" (Ibu Tarkeni).

Peran : Ibu Tarkeni

Marni Wati(50) menikah dengan suaminya, Rahman(57) pada saat usianya 18 tahun. Pada masa itu umur segitu sudah disebut perawan tua, jadi mau tidak mau Marni harus menerima lamaran Rahman Sukoco, seorang pemuda anak teman bapak Marni. Awalnya perempuan yang kalauvberjalan langkahnya kecil-kecil tapi cepat ini tidak cinta dengan Rahman, tapi karena selalu bersama yaa lama kelamaan jadi sayang dan melayani suaminya. Marni dan Rahman dikaruniai 5 orang anak, dua laki-laki dan tiga perempuan. Tarsono(30tahun), Tarmizi(25), Tarkeni(21), Tarniah(18), dan Shinta Sari(15). Marni Wati anak tunggal sehingga semua warisan keluarga untuk ia dan keluarganya. Ada rumah dan sawah. Tetapi nasibnya tidak baik, Rahman tidak getol dan pandai bertani, setiap nanam gagal, akhirnya sawah di gadai untuk memenuhi kebutuhan dan tidak sanggup membayar gadai dan melayanglah sawah sedikit demi sedikit, sampai sekarang akhirnya kandas. Untuk memenuhi kebutuhan, Tarsono dan Tarmizi mengolah sawah orang lain kadang-kadang dibantu oleh Rahman, tetapi hasilnya sangat pas-pasan untuk makan seluruh anggota keluarga dalam rumah tua tetapi luas itu. Tarsono, istri, dan ketiga anaknya tinggal disitu, begitu juga istri dan seorang anak dari Tarmizi. Mereka hidup satu atap dengan kondisi yang pas-pasan sekali, pas untuk makan dan tidur. Mereka tinggal di lingkungan pedesaan yang mayoritas orang tani dan kebon. Di sebuah desa, di Pekalongan. Mungkin keadaan keluarga yang seperti itulah yang membuat Tarkeni ingin merantau ke Jakarta. Marni sehari-hari hanya menjadi ibu rumah tangga dan meladeni anak serta cucunya. 


Marni memiliki penyakit jantung karena keturunan dari bapaknya yang meninggal karena penyakit yang sama. Marni suka keluar keringat banyak di dahi, tangan dan lehernya. Ia juga memiliki rasa cemas yang berlebihan, seperti yang terjadi terhadap Tarkeni. Ketika ia dikejutkan oleh sesuatu, kadang bisa sampai pinsan. Perempuan berambut panjang itu nurut dengan suaminya, dan sabar tetapi bukan tidak berdaya. Ia selalu meladeni segala keinginan suaminya. Ia memiliki kehawatiran yang berlebihan dengan Tarkeni, itu artinya ia sangat open dan peduli dengan seluruh keluarganya. Keluarga ini beragama islam. Suku asli Jawa, dan mereka juga tinggal di desa yang hampir semua penduduknya orang Jawa.



Begitulah sedikit cerita tentang biografi singkat sebuah peran. Menurut saya ini masih kurang sangat banyak untuk sebuah biografi peran, kalau bisa sampai warna kesukaan, makanan dan minuman kesukaan dll. Sebegitu pentingkah memiliki biografi peran? Ya! Sangat penting! karena ini adalah modal awal seorang aktor dalam memainkan peran, agar akting yang dilakukan di atas panggung meyakinkan dan tidak kosong imajinasi. Misalnya seperti ini.. tidak ada adegan atau dialong yg menceritakan tentang anak-anak atau cucu dari Marni, hanya ada dialog bapak (Rahman) tentang memiliki anggota keluarga berjumlah 11 orang, Tapi disitu saya coba mencari kemungkinan, kira-kira 11 orang itu siapa saja dan mengapa tinggal satu rumah dll. Jadi ketika Bapak mengucapkan dialog itu dan si Ibu hanya meng-iyakan saja,  ada imajinasi yang muncul pada saat itu, Bukan hanya iya iya saja. Akan beda hasilnya ketika kita membuat biografi peran dan tidak. Ketika membuat biografi peran, dengan sendirinya peran itu menjadi hidup seperti seseorang yang kita kenal dan ada latar belakang atau cerita yang kita sebagai seseorang yang memerankan peran itu mengenal dengan baik pula.

Manfaat yang lain adalah munculnya kebiasaan fisik yg kadang terencana atau tidak muncul diatas panggung. Misal seperti ini, Marni adalah seorang ibu yang sabar, sehingga timbul pikiran pikiran seperti ini "oh, marni ini penyabar, kira kira apa yang dilakukan seorang ibu yang penyabar melihat anaknya ribut atau berdebat dengan suaminya, atau ketika melihat suaminya marah apa yang dilakukan dan bagaimana cara menunjukan kesabaran itu sehingga tampak dan meyakinkan di atas panggung" begitu lah... kalau bisa malah timbul ide seperti ini, bagaimana cara menunjukan kesabaran yang khas milik Marni dan tidak pasaran atau klise. Jadi itu adalah akting otentik milik si Marni.

Dalam menyusun biografi pun kita harus tetap mencari sesuatu yang sedikit ilmiah dan logis, Supaya tidak menjadi asal. Misal : situasi terberi tokoh Marni yaitu memiliki penyakit jantung. Nah, saya harus tahu apa penyebab penyakit jantung, lalu apa gejalanya, apa yang terjadi kalau kumat dll. Mungkinkah seseorang yang bisa dibilang hidup pas-pasan memiliki penyakit jantung? ya mungkin saja, tapi itu jarang terjadi, sehingga saya buat kalau penyakit jantungnya keturunan dari bapaknya yang dulunya orang "punya". Beberapa cerita kita susun secara logis sesuai teks yang ada, supaya tidak rancu dan malah membingungkan penonton. Ada dialog bapak yang mengatakan tentang sesuatu lalu dia menyebut "cangkul". Nah, dengan dialog cangkul itu, kira-kira profesi apa yang tepat untuk suaminya itu? tentu saja yg berhubungan denga cangkul. Jadi sekecil atau sesedikit apapun dialog yang ada di teks, bisa jadi itu sebuah petunjuk yang bisa kita kembangkan dalam menyusun biografi peran. Terus mencari petunjuk-petunjuk pengarang dengan cara membaca berulang-ulang teks itu sendiri dan menganalisa tentunya.

Itulah sedikit cerita yang bisa saya share tentang biografi sebuah peran.

Sunday 19 April 2015

Mengenal Tempo Tubuh pada Aktor #M&T

Seorang aktor yang baik harus memiliki kelenturan pada tubuhnya, karena tubuh adalah alat ekrpresi utama bagi seorang aktor. Salah satu hal yang penting diperhatikan oleh aktor adalah tempo tubuhnya. Kemarin seusai pemanasan fisik Kak Is mengajak kami untuk mencoba melawan tempo tubuh. Pada garapan Madekur dan Tarkeni kali ini, akan ada bentuk tarian ngibing dan semua aktor harus ikut dalam adegan itu. Beberapa kali mencoba gerakan atau tarian ngibing sepertinya masih kelihatan memaksa, dan tidak enak dilihat. Nah, karena itu Kak Is kemarin meminta kami utuk melakukan beberapa gerakan atau tarian yang mengikuti tempo yang diarahkan atau yang ada. Mulanya Ia memukul jimbei dengan satu tempo ketukan tertentu (Ketukan yang sama dengan adegan kuda lumping pada pementasan KKYM) dan kami diminta untuk bergerak mengikuti tempo musik. Tidak ada kesulitan yang berarti, karena kami memang familiar dengan ketukan musik itu, jadi kami bergerak sesuai tempo yang ada. Setelah lima menit istirahat, kami diminta untuk bergerak lagi dengan ketukan musik yang sama tetapi tidak boleh mengikuti tempo musiknya. haaaahh!!!! yapp.... kami mulai bingung! jadi kami harus bergerak melawan tempo atau ketukan musik yang ada yang memang sudah kami kenal. Rasanya itu sulit, hehe.. tubuh ini harus selalu disadarkan untuk tidak mengikuti tempo musik itu. Sudah pernah berjalan mundur? nah, kira kira begitulah sensasinya. Tiap gerakan harus sadaaar sekali dan sesungguhnya tidak bisa menikmati musik ataupun gerakan. Yang kami pikirkan cuma gerakan yang beda tempo saja. Tapi sensasinya menyenangkan, seperti keluar dari kebiasaan rutin gitu... hehee. Latihan ini juga bertujuan untuk menghindari keterpakuan terhadap suatu gerakan. misalnya saya kalau dengar ketukan atau tempo kuda lumping, selalu saja ingin menari atau bergerak seperti adegan kuda lumping, dan ini membuat saya jadi tidak memiliki gerakan yang variatif. Melakukan gerakan yang itu itu saja kan gak enak. hehe.. Beberapa efek fisik dirasakan oleh beberapa teman akibat melawan tempo itu. Misalnya kepala sedikit pusing dll. Tetapi kami tetap merasakan keasikannya melawan arus. 

Thursday 9 April 2015

Madekur & Tarkeni

Setelah beberapa kali gagal memainkan naskah karya Arifin C Noor, mudah mudahan kali ini tidak gagal lagi. Kami (Teater Satu) akan memainkan naskah Orkes Madun 1 "Madekur & Tarkeni" karya Mang Arifin. Tanggal dari pementasan belum bisa dipastikan, karena naskah ini ditujukan untuk studi keaktoran bagi para aktor di Teater Satu. Maksudnya studi keaktoran adalah, kami sebagai aktor harus mempelajari lebih detail kerja keaktoran yang wajib dilakukan untuk sebuah proyek pementasan berdasarkan sistem Stanilavsky. Naskah ini sebenarnya adalah jenis naskah surealis, tetapi kami mendekati beberapa dengan sistem Stanilavsky yang notabennya biasa digunakan untuk nguprek-uprek naskah realis. Mulai dari imajinasi, the magic if, menubuhkan tokoh, mendandani tokoh dll kami coba terapkan dengan lebih aktif pada garapan ini. Dengan tenggang waktu yang lumayan lama semoga saja bisa berjalan dengan baik. Selain itu, kami juga sedang membiasakan untuk melaksanakan sebuah proyek pementasan tanpa ada acuak kapan deadline untuk pentas, agar bukan pentas tujuan sebenarnya, tetapi studi dan proses itu sendiri yang penting, yang sekarang sedikit mendapat perhatian dari kebanyakan aktor. Untuk kebanyakan aktor pentas adalah tujuan paling utama, dan mengabaikan proses. Padahal justru pada proses itu sendiri, kita sebagai aktor menjadi berkembang (bila proses dilakukan dengan benar) atau malah bantat (bila proses tidak benar). Saya pun menyadari, beberapa naskah yang saya mainkan prosesnya tidak maksimal, dikarenakan oleh deadline dan mbah jenggot tentunya. hmm... semoga gangguan mbah jenggot ga begitu besar dalam proses ini, kalau hilang sih kayaknya belum bisa secepat itu, tapi semoga kalah dangan keinginan belajar. Amin. Semoga kami juga sesama aktor di Teater Satu bisa bekerjasama dengan baik dan fokus. Insyaallah saya akan berbagi proses Garapan di blog saya ini..... :)