Monday 6 October 2014

Tempo - Ritme dalam Gerak



BAB XI
Tempo – Ritme Dalam Gerak
(“Membangun Tokoh” oleh Constantin Stanislavski)

Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah begerak, baik itu makhluk hidup yang aktif seperti manusia dan hewan maupun makluk hidup yang pasif seperti tumbuh-tumbuhan. Gerak adalah sebuah proses mengalirnya energi melalui tubuh makhluk hidup untuk mencapai tujuan dalam satu rangkaian atau kesatuan yang tak terputus. Dalam fisika, gerak adalah perubahan posisi suatu benda terhadap titik acuan, titik acuan sendiri didefinisikan sebagai titik awal atau titik tempat pengamat. Sebagai seorang aktor, kita tidak bisa mengabaikan tiap gerakan kita diatas panggung, karena gerakan sekecil apapun akan tampak di mata penonton.  Dalam setiap gerak tubuh  manusia atau aktor  memiliki tempo dan ritme tertentu, itulah yang membedakan manusia satu sama lain. Dalam bab XI di buku Membangun Tokoh karya Stanislavski ini kita akan membahas lebih jauh tentang tempo-ritme dalam gerak. Tempo adalah cepat-lambatnya sebuah ketukan pada satuan-satuan  yang sama panjang dalam  birama yang tetap. Ada berbagai macam tempo yaitu lambat, sedang, cepat, sangat cepat dll. Ritme adalah hubungan kuantitatif satuan-gerak dengan panjangnya satuan dalam suatu tempo dan birama tertentu.
Marilah kita mengambil contoh yang sederhana. Misalnya ada dua peristiwa yang berbeda tempat dan waktu. Pertama, ada seorang narapidana duduk di ruang sidang dan baru saja mendengar putusan hakim kalau dia akan dihukum mati atas kasus pembunuhan yang sebenarnya tidak ia lakukan. Ia bangkit dari tempat duduk dan meninggalkan ruang sidang yang dihadiri oleh seluruh keluarganya. Kedua, seorang perempuan yang baru saja tahu kalau dirinya hamil setelah menunggu hal itu selama 7 tahun. Dia berlari dari kamar mandi dan tidak sabar untuk memberitahu suaminya yang sedang tidur pulas di ranjang.
Dari gambaran contoh diatas, kita bisa menemukan dua bentuk tempo-ritme gerak yang berbeda: langkah kaki, gestur seluruh tubuh juga berbeda, hal yang lain misalnya cara mengangkat kepala, menggerakan tangan, dll. Dari contoh itu pula kita mendapat kesimpulan bahwa seluruh tempo-ritme yang ada dalam setiap aktivitas fisik seseorang selalu dipengaruhi oleh suasana batin yang ada dalam dirinya. Jadi apa yang ada secara batiniah akan tampak secara lahiriah diatas panggung.
Dalam buku Membangun Tokoh, Stanislavski mengatakan bahwa :
Setiap hasrat manusia, setiap kehidupan, setiap pengalaman mempunyai tempo-ritme. Setiap gambaran batin atau gambaran lahir yang khas punya tempo-ritme tersendiri.........................Singkatnya, ada semacam tempo-ritme yang melekat pada setiap menit kehidupan dalam dan kehidupan luar kita. (2008;224)

Berdasakan kutipan diatas kita bisa mengatakan bahwa tempo-ritme tubuh seseorang selalu terpaut dengan tempo-ritme batinnya. Jika seorang aktor secara naluriah benar dalam merasakan apa yang diucapkan dan dilakukan diatas panggung, maka tempo-ritme yang benar akan tercipta dengan sendirinya. Dalam bab ini, Stanislavski memberikan banyak contoh bagaimana cara menentukan tempo-ritme dalam sebuah peristiwa. Misalnya seperti ini, Pak Torstov memberikan ketukan-ketukan menggunakan metronom, kemudian meminta murid-muridnya untuk menebak atau membayangkan peristiwa apa yang sedang terjadi dengan tempo-ritme seperti itu. Lalu sebaliknya, Pak Torstov meminta mereka untuk membayangkan sebuah peristiwa dan mengekspresikannya dalam sebuah ketukan tempo-ritme. Dalam hal ini peran imajinasi sangatlah penting, karena itulah yang membimbing kita untuk menemukan tempo-ritme itu.  
Apakah tempo-ritme hanya melulu tampak pada gerakan-gerakan yang besar saja? Bagaimana kalau seperti ini, seseorang yang putus asa dan bersedih lebih memlih duduk diam. Apakah masih bisa kita melihat dan menikmati tempo-ritme disana? Iswadi Pratama dan Ari Pahala menjelaskan dalam buku mereka Akting Berdasarkan Sistem Stanilavski Sebuah Pengantar :
Tempo-ritme itu memang tak kasat mata, tapi ada dan riil dalam dirinya, sebentuk arus emosi yang sangat halus atau bahkan penuh gejolak. Kita bisa melihatnya pada tempo-ritme tarikan dan hembusan nafas, sorot mata, atau perubahan air muka, cara dia menggerakan ujung jari, mengubah posisi duduk meski Cuma gerakan yang sangat keci. Kita bisa melihat tempo-ritme dalam semua laku fisik yang paling halus sekalipun. (2012;104)

Dari sini, kita menjadi paham bahwa apapun yang kita lakukan di kehidupan sehari-hari ataupun diatas panggung memiliki tempo-ritme, baik itu gerakan besar atau hanya sekedar duduk diam. Saya coba ambil contoh pengalaman saya, dalam lakon Buried Child ketika Shelly duduk diam mendengarkan cerita Alpian yang membongkar kebobrokan keluarganya. Pada adegan itu Shelly hanya diam mendengarkan cerita Alpian, tetapi ada tempo-ritme batin yang tumbuh dan tampak di mata penonton,dari gerakan tangan, cara mengangkat kepala, hembusan nafas, sampai gerakan bola mata. Pada saat itu saya menemukan banyak kesulitan, salah satunya adalah kurangnya impuls sehingga mempengaruhi tempo-ritme batin Shelly dan tampak di mata penonton melalui tempo-ritme luar. Pervis Sawoski dalam bukunya The Stanilavski System Growth and Methodology menytakan :
Tempo-rhythm can act as a powerful bridge between the inner experience and its physical expression. For Stanislavski, tempo-rhythm was both inner and outer.(Tempo-ritme dapat berperan sebagai jembatan yang kuat antara pengalaman batin dan ekspresi secara fisik. Bagi Stanislavski, tempo-ritme itu ada pada keduanya, baik dalam dan luar)

Tidak hanya aktor atau sebuah adegan saja yang memiliki tempo-ritme gerak, tetapi juga keseluruhan pertunjukan. Artinya tempo-ritme sangatlah besar untuk pergelaran apapun. Banyak sekali contoh kasus, sebuah pementasan yang bagus dan sudah digarap dan dimainkan dengan cantik, tidak berhasil karena ditampilkan dengan terlalu lambat atau terlalu terburu-buru. Kita sebagai aktor harus mengikuti tempo-ritme yang sudah disetel oleh sang sutradara. Salah satu cara kita menjaga tempo-ritme pertunjukan adalah dengan menyimak pertunjukan itu di set wing walaupun masih lama atau kita belum masuk ke panggung, seperti yang sudah kita terapkan di Teater Satu. Aktor harus menyimak dan ikut dalam tempo-ritme pertunjukan supaya ketika masuk ke panggung tempo-ritme itu sudah ada dalam tempo-ritme pertunjukan. Stanislavski mengatakan:
Dalam tradisi, pendahulu-pendahulu besar kita seperti Shcepkin, Sadovski, Shumski, dan Samarin selalu sudah ada di sayap panggungjauh sebelum saat kemunculan mereka di panggung, supaya mereka punya waktu yang leluasa untuk mengikuti dan menangkap tempo permainan yang sedang berlangsung. Itulah salah satu alasan mengapa ketika mereka masuk tampil hidup, bertenaga, tak mengada-ada, dan tepat dalam pembidikan nada permainan serta peran yang mereka bawakan dalam permainan itu. (2008;268)

Bisa kita lihat aktor-aktor sekelas mereka saja masih menyimak pertunjukan dari set wing sebelum giliran masuk ke panggung agar satu irama dengan pertunjukan. Saya jadi tersadar, lalu apakah layak aktor sekelas kita memiliki alasan untuk tidak mengikuti atau menyimak pertunjukan yang sedang berlangsung? Beberapa aktor di indonesia bahkan ada yang tidur dulu di ruang istrahat atau ruang ganti dan dibangunkan oleh asisten pribadinya apabila sudah hampir dekat giliran masuk panggung. Kenapa mereka tidak sekalian nongkrong di kantin dulu atau belanja ke pusat perbelanjaan dan akan di telpon oleh asisten pribadinya kalau sudah mau giliran naik panggung. Mana mungkin pementasan dengan jenis aktor yang seperti itu bisa menghasilkan pertunjukan yang bagus. Tempo-ritme pertunjukan tidak akan berlangsung baik dengan cara seperti itu. Dengan ini kita jadi tahu betapa pentingnya tempo-ritme pada sebuah pertunjukan. Setiap aktor harus saling menjaga tempo-ritme pertunjukan dengan baik agar tidak merusak keseluruhan pertunjukan.

Bandar Lampung, 5 Oktober 2014
Vita Oktaviana

Referensi
Stanislavski, Constantin, 2008. Membangun Tokoh Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Pratama, Iswadi dan Hutabarat, Ari Pahala, 2012. Akting Berdasarkan Sistem Stanilavski
            Sebuah Pengantar Lampung; Dewan Kesenian Lampung


Sawoski, Pervis, 2009. The Stanilavski System Growth and Methodology.




1.  Metronom adalah alat mekanikal yang digunakan para pemusik/pencipta lagu untuk menentukan tempo
      musik yang sedang mereka latih/buat.

4 comments:

  1. Jadi gerakan itu timbul karena adanya tempo-ritme ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gini kakak.. Gerakan itu ada ritme dan temponya.. Tempo-ritme adalah arus yg mengalir didlmn gerakan.. Mmmm hehe

      Delete
  2. Great! Saatnya para aktor menuliskan dunia kreatif mereka. Memiliki sebuah bukadan mempersembahkannya kepada khalayak

    ReplyDelete