BAB XI
Tempo – Ritme Dalam Gerak
(“Membangun
Tokoh”
oleh Constantin Stanislavski)
Salah
satu ciri dari makhluk hidup adalah begerak, baik itu makhluk hidup yang aktif
seperti manusia dan hewan maupun makluk hidup yang pasif seperti
tumbuh-tumbuhan. Gerak adalah sebuah proses mengalirnya energi melalui tubuh
makhluk hidup untuk mencapai tujuan dalam satu rangkaian atau kesatuan yang tak
terputus. Dalam fisika, gerak
adalah perubahan posisi suatu benda terhadap titik acuan, titik acuan sendiri
didefinisikan sebagai titik awal atau titik tempat pengamat. Sebagai seorang
aktor, kita tidak bisa mengabaikan tiap gerakan kita diatas panggung, karena
gerakan sekecil apapun akan tampak di mata penonton. Dalam setiap gerak tubuh manusia atau aktor memiliki tempo dan ritme tertentu, itulah yang
membedakan manusia satu sama lain. Dalam bab XI di buku Membangun Tokoh karya Stanislavski ini kita akan membahas lebih
jauh tentang tempo-ritme dalam gerak. Tempo adalah cepat-lambatnya sebuah
ketukan pada satuan-satuan yang sama
panjang dalam birama yang tetap. Ada
berbagai macam tempo yaitu lambat, sedang, cepat, sangat cepat dll. Ritme
adalah hubungan kuantitatif satuan-gerak dengan panjangnya satuan dalam suatu
tempo dan birama tertentu.
Marilah
kita mengambil contoh yang sederhana. Misalnya ada dua peristiwa yang berbeda
tempat dan waktu. Pertama, ada seorang narapidana duduk di ruang sidang dan
baru saja mendengar putusan hakim kalau dia akan dihukum mati atas kasus
pembunuhan yang sebenarnya tidak ia lakukan. Ia bangkit dari tempat duduk dan
meninggalkan ruang sidang yang dihadiri oleh seluruh keluarganya. Kedua,
seorang perempuan yang baru saja tahu kalau dirinya hamil setelah menunggu hal
itu selama 7 tahun. Dia berlari dari kamar mandi dan tidak sabar untuk
memberitahu suaminya yang sedang tidur pulas di ranjang.
Dari
gambaran contoh diatas, kita bisa menemukan dua bentuk tempo-ritme gerak yang
berbeda: langkah kaki, gestur seluruh tubuh juga berbeda, hal yang lain misalnya
cara mengangkat kepala, menggerakan tangan, dll. Dari contoh itu pula kita
mendapat kesimpulan bahwa seluruh tempo-ritme yang ada dalam setiap aktivitas
fisik seseorang selalu dipengaruhi oleh suasana batin yang ada dalam dirinya.
Jadi apa yang ada secara batiniah akan tampak secara lahiriah diatas panggung.
Dalam
buku Membangun Tokoh, Stanislavski mengatakan bahwa :
Setiap
hasrat manusia, setiap kehidupan, setiap pengalaman mempunyai tempo-ritme.
Setiap gambaran batin atau gambaran lahir yang khas punya tempo-ritme tersendiri.........................Singkatnya,
ada semacam tempo-ritme yang melekat pada setiap menit kehidupan dalam dan
kehidupan luar kita. (2008;224)
Berdasakan
kutipan diatas kita bisa mengatakan bahwa tempo-ritme tubuh seseorang selalu
terpaut dengan tempo-ritme batinnya. Jika seorang aktor secara naluriah benar
dalam merasakan apa yang diucapkan dan dilakukan diatas panggung, maka tempo-ritme
yang benar akan tercipta dengan sendirinya. Dalam bab ini, Stanislavski
memberikan banyak contoh bagaimana cara menentukan tempo-ritme dalam sebuah
peristiwa. Misalnya seperti ini, Pak Torstov memberikan ketukan-ketukan
menggunakan metronom,
kemudian meminta murid-muridnya untuk menebak atau membayangkan peristiwa apa
yang sedang terjadi dengan tempo-ritme seperti itu. Lalu sebaliknya, Pak
Torstov meminta mereka untuk membayangkan sebuah peristiwa dan
mengekspresikannya dalam sebuah ketukan tempo-ritme. Dalam hal ini peran
imajinasi sangatlah penting, karena itulah yang membimbing kita untuk menemukan
tempo-ritme itu.
Apakah
tempo-ritme hanya melulu tampak pada gerakan-gerakan yang besar saja? Bagaimana
kalau seperti ini, seseorang yang putus asa dan bersedih lebih memlih duduk
diam. Apakah masih bisa kita melihat dan menikmati tempo-ritme disana? Iswadi
Pratama dan Ari Pahala menjelaskan dalam buku mereka Akting Berdasarkan Sistem Stanilavski Sebuah Pengantar :
Tempo-ritme
itu memang tak kasat mata, tapi ada dan riil dalam dirinya, sebentuk arus emosi
yang sangat halus atau bahkan penuh gejolak. Kita bisa melihatnya pada
tempo-ritme tarikan dan hembusan nafas, sorot mata, atau perubahan air muka,
cara dia menggerakan ujung jari, mengubah posisi duduk meski Cuma gerakan yang
sangat keci. Kita bisa melihat tempo-ritme dalam semua laku fisik yang paling
halus sekalipun. (2012;104)
Dari
sini, kita menjadi paham bahwa apapun yang kita lakukan di kehidupan
sehari-hari ataupun diatas panggung memiliki tempo-ritme, baik itu gerakan
besar atau hanya sekedar duduk diam. Saya coba ambil contoh pengalaman saya,
dalam lakon Buried Child ketika Shelly duduk diam mendengarkan cerita Alpian
yang membongkar kebobrokan keluarganya. Pada adegan itu Shelly hanya diam
mendengarkan cerita Alpian, tetapi ada tempo-ritme batin yang tumbuh dan tampak
di mata penonton,dari gerakan tangan, cara mengangkat kepala, hembusan nafas,
sampai gerakan bola mata. Pada saat itu saya menemukan banyak kesulitan, salah
satunya adalah kurangnya impuls sehingga mempengaruhi tempo-ritme batin Shelly
dan tampak di mata penonton melalui tempo-ritme luar. Pervis Sawoski dalam
bukunya The Stanilavski System Growth and
Methodology menytakan :
Tempo-rhythm
can act as a powerful bridge between the inner experience and its physical
expression. For Stanislavski, tempo-rhythm was both inner and outer.(Tempo-ritme dapat berperan
sebagai jembatan yang kuat antara pengalaman batin dan ekspresi secara fisik. Bagi Stanislavski, tempo-ritme itu ada pada keduanya, baik dalam dan luar)
Tidak
hanya aktor atau sebuah adegan saja yang memiliki tempo-ritme gerak, tetapi
juga keseluruhan pertunjukan. Artinya tempo-ritme sangatlah besar untuk
pergelaran apapun. Banyak sekali contoh kasus, sebuah pementasan yang bagus dan
sudah digarap dan dimainkan dengan cantik, tidak berhasil karena ditampilkan
dengan terlalu lambat atau terlalu terburu-buru. Kita sebagai aktor harus mengikuti
tempo-ritme yang sudah disetel oleh
sang sutradara. Salah satu cara kita menjaga tempo-ritme pertunjukan adalah
dengan menyimak pertunjukan itu di set
wing walaupun masih lama atau kita belum masuk ke panggung, seperti yang
sudah kita terapkan di Teater Satu. Aktor harus menyimak dan ikut dalam
tempo-ritme pertunjukan supaya ketika masuk ke panggung tempo-ritme itu sudah
ada dalam tempo-ritme pertunjukan. Stanislavski mengatakan:
Dalam
tradisi, pendahulu-pendahulu besar kita seperti Shcepkin, Sadovski, Shumski,
dan Samarin selalu sudah ada di sayap panggungjauh sebelum saat kemunculan
mereka di panggung, supaya mereka punya waktu yang leluasa untuk mengikuti dan
menangkap tempo permainan yang sedang berlangsung. Itulah salah satu alasan
mengapa ketika mereka masuk tampil hidup, bertenaga, tak mengada-ada, dan tepat
dalam pembidikan nada permainan serta peran yang mereka bawakan dalam permainan
itu. (2008;268)
Bisa
kita lihat aktor-aktor sekelas mereka saja masih menyimak pertunjukan dari set wing sebelum giliran masuk ke
panggung agar satu irama dengan pertunjukan. Saya jadi tersadar, lalu apakah
layak aktor sekelas kita memiliki alasan untuk tidak mengikuti atau menyimak pertunjukan
yang sedang berlangsung? Beberapa aktor di indonesia bahkan ada yang tidur dulu
di ruang istrahat atau ruang ganti dan dibangunkan oleh asisten pribadinya
apabila sudah hampir dekat giliran masuk panggung. Kenapa mereka tidak sekalian
nongkrong di kantin dulu atau belanja
ke pusat perbelanjaan dan akan di telpon oleh asisten pribadinya kalau sudah
mau giliran naik panggung. Mana mungkin pementasan dengan jenis aktor yang
seperti itu bisa menghasilkan pertunjukan yang bagus. Tempo-ritme pertunjukan
tidak akan berlangsung baik dengan cara seperti itu. Dengan ini kita jadi tahu
betapa pentingnya tempo-ritme pada sebuah pertunjukan. Setiap aktor harus
saling menjaga tempo-ritme pertunjukan dengan baik agar tidak merusak
keseluruhan pertunjukan.
Bandar
Lampung, 5 Oktober 2014
Vita Oktaviana
Referensi
Stanislavski,
Constantin, 2008. Membangun Tokoh Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia.
Pratama,
Iswadi dan Hutabarat, Ari Pahala, 2012. Akting
Berdasarkan Sistem Stanilavski
Sebuah Pengantar Lampung; Dewan
Kesenian Lampung
Sawoski,
Pervis, 2009. The Stanilavski System
Growth and Methodology.
Jadi gerakan itu timbul karena adanya tempo-ritme ?
ReplyDeleteGini kakak.. Gerakan itu ada ritme dan temponya.. Tempo-ritme adalah arus yg mengalir didlmn gerakan.. Mmmm hehe
DeleteGreat! Saatnya para aktor menuliskan dunia kreatif mereka. Memiliki sebuah bukadan mempersembahkannya kepada khalayak
ReplyDeleteahhh,,,, kak issss... hihi
Delete