Tuesday 14 October 2014

Tiga Metode Menulis Mantab!



Tadi malam  tidak semua teman-teman Teater Satu hadir, ada beberapa berhalangan, seperti Agung, Kak Deri, Pipit, dll. Sehabis magrib Kak is meminta kami menyiapkan flowchart untuk belajar. Kak is mengatakan bahwa kami harus mencatat semua hasil latihan dtau apapun agar selalu di ingat atau bisa share dengan orang lain melalui tulisan itu. Kak Is mengutip kata-kata Socrates “Vok Audita Perit, Littera Scripta” yag artinya suara yang diucapkan akan hilang atau dilupakan sedangkan kalimat yang ditulis akan tinggal abadi. Kami akan belajar tentang metode dalam menulis, apapun itu jenis tulisannya, baik itu esay, puisi, naskah, artikel, dll. Belum saja Kak Is memulai materi tentang metode penulisan ini tiba-tiba hujan datang sebentar dan cukup membuat kami mengambil jaket dan memakainya atau sekedar  mengusap-usap lengan dan bahu.  Kak Is kemudian memulai materinya dengan menjelaskan metode pertama yaitu:

1. Menentukan Premise

Metode ini adalah metode yang sering digunakan oleh perguruan tinggi atau sekolah-sekolah dalam tata cara menulis. Pada metode ini hal pertama yang akan kami lakukan sebelum menulis adalah menentukan ‘premise’ atau apa yang sebenarnya ingin dibicarakan dalam tulisan itu. Setelah menemukan premise fase selanjutnya adalah menentukan Pokok Pikiran Utama (PPU) dan Pokok Pikiran Penjelas (PPP). PPU bisa disebut juga dengan motif mengapa mengambil premis itu, sedangkan PPP adalah penjelasan dari PPU atau bisa juga cara yang digunakan agar sesuai dengan premise itu sendiri. PPP bisa berjumlah leih dari satu, asalkan measih berhubungan dengan premise itu sendiri. Kak Is meminta kami memberikan contoh premise dalam kehidupan sehari-hari. Gibran adalah yg pertama kali harus memberikan contoh premis dalam kehidupan sehari-hari. Ia dengan lantang membacakan premisenya "Gemuk bukan berarti tidak bisa melompat". Gibran si bujang berbadan "sintal" itu memilih topik yang sesuai dengan pengalaman dia berlatih olah tubuh menggunakan metode biomekanik. Sontak kami tertawa lepas mendengar itu. Premise yang sangat tepat untuk Gibran. 

Premise                   :  ‘Gemuk bukan berarti tidak bisa melompat’
PPU                        : ‘Banyak orang gemuk yang tidak bisa melompat’
PPP                        : ‘latihan yang rutin dapat meringankan tubuh’

Setelah mencari tiga unsur di atas maka mulailah menulis. Bagaimana proses Gibran bisa melompat dengan ringan. Ada cerita didalamnya, apakah keputus asaan yang ia alami karena pertama mencoba melompat gagal, apakah bagaimana ia menumbuhkan keberanian untuk melompat, dll.  Fungsi premise disini adalah alat kontrol kita agar tetap pada garis merah si cerita. Jadi cerita itu ada tujuannya, ada gambaran apa isi dari tulisan itu setelah membaca premise.

2. Metode Pilih 1 Kata (berpikir dari kerangka konflik)


Metode ini adalah metode hasil ciptaan Kak Is sendiri. Metode yang sangat menarik menurutku. Kak Is meminta kami memilih satu kata  (kata apa saja) dan memberi kata itu sebuah konflik. Semisal seperti ini :







Dari gambaran diatas kata “Jilbab” adalah satu kata yang dipilih oleh Reni , dari situ Kak Is mulai meminta kami memasukan konflik dari kata jilbab itu sendiri. Lagi-lagi Reni yang diminta memasukan konflik, dia memilih kata “gerah” dan setelah itu masukan akibat-akibat dari konflik itu dan seterusnya. "kabur dari rumah" bukanlah akhir dari cerita, tetapi bisa sebagai puncak dari konflik itu sendiri. kemudian si penulis bisa melanjutkan dengan memberi resolusi dan solusi agar cerita berakhir dengan halus. Metode ini bisa dengan cepat membuat saya berimajinasi. Bayangkan hanya dengan memilih satu kata saja kita bisa memiliki sebuah cerita yang sangat menarik. Kami diminta berfikir dalam kerangka konflik. Masukkan konflik dari kata apa yang kami pilih dan buat cerita dari situ. Saya jadi ingin sekali membuat cerita misalnya dari sebuah kata "Panggung" konflik apa yang bisa terjadi dengan panggung. Mungkin saja panggung yang roboh atau panggung yang terbakar dan masih banyak lagi. Apa akibat dari robohnya panggung itu dan seterusnya. Metode yang Kak Is berikan ini membuat saya ingin sekali menulis sebuah cerita prosa seperti cerpen, naskah atau bahkan novel (semoga ga cuma wacana) hehe....

Teman-teman yang lain saya lihat juga memiliki gairah ingin menulis dengan melihat metode ini. Baysa misalnya dia memberi contoh yang lain yaitu menggunakan kata "Peran" koflik yang muncul adalah 'kurang imajinasi' akibat dari kurang imajinasi itu dia jadi tidak bisa berakting dengan baik. Akibat selanjutnya adalah sutradara marah, setelah itu ia stress karena sutradara marah dan sampai frustasi sampai ingin bunuh diri hihi. Setelah konflik memuncak ia harus menemukan resolusi yaitu dengan memunculkan fase setelah frustasi yang antara lain menemui sutradara lalu bercerita tentang masalahnya dan sutradara meminta ia membaca ulang buku pemeranan. Setelah membaca buku pemeranan dia harus melatih imajinasi sampai imajinasi tumbuh dan sampailah pada akhir cerita yaitu terciptanya pertunjukan yang bagus dengan imajinasi yang bekerja dengan baik pada Baysa. Menarik kan metodenya...... hihi...

Jam setengah sebelas malam, sudah cukup malam rupanya. Saya kira Kak Is akan menyudahi pelajaran tentang metode menulis ini, rupanya masih ada satu lagi yang sangat menarik dan menggugah kai dari kantuk yang mulai memeluk.... 


3. Memekan (Metode Meja Berantakan)

Singkatan dari metode ini sedikit menggelikan bukan? hihii... 'memekan' adalah kata yang tiba-tiba diceploskan Gandi setelah mendengar kak is menyebutkan nama "Metode Meja Berantakan". Serentak kami tertawa dan Kak Is langsung menyetujui sebutan untuk metode yang lagi-lagi diciptakan oleh Kak Is sendiri ini. Kak Is meletakan beberapa benda di atas meja benda-benda itu adalah: tas warna merah, sebungkus rokok, buku, segelas kopi, asbak dan spidol. 

"Tulislah sesuatu, boleh prosa, narasi, puisi atau apapun dari benda-benda yang berantakan di atas meja itu! sekarang!" 

Kak is meminta kami untuk menulis sesuatu dari benda-benda itu. Dalam tulisan itu harus muncul benda-benda tersebut dan menjadi sesuatu yang berhubungan, tidak boleh melompat-lompat seperti tidak nyambung, dan kami boleh menambah kata-kata yang lain. Wahh.... sebuah tantangan yang sangat seru. Tiba-tiba kami semua menjadi tergugah dan sedikit bingung mau menulis apa, tapi tak lama kemudian kami diam dan sibuk masing-masing dengan tulisannya. Saya sedikit bingung mau menulis apa, dan sampai pada akhirnya saya lebih memilih menulis sajak sajalah. Tapi tiba-tiba saya tersadar kalau di meeja itu ada spidol. haha... bingung meletakan kata spidol dalam sajak... akhh!! saya kira cuma ada 5 benda, rupanya ada spidol juga disana. Ternyata tak cuma saya saja yang baru sadar Desi pun juga begitu, dia tidak tahu kalau ada spidol disana. Untuk teman-teman yang ingin menulis prosa atau narasi mungkin tidak ada masalah, tapi saya dan desi yang berniat menulis sajak jadi agak gimana gitu. Kata Kak Is itulah tantangannya, bagaimana kata 'spidol' itu jadi tak terasa janggal dalam tulisanmu.  Makin bingunglah saya mau menulis sajak yang seperti apa. ahh sudahlah saya coba tulis sebisa saya. daaaan inilah hasilnya :

Asap sisa rokokmu masih mengepul dari asbak di atas meja kayu
Tubuhku bergeming, segelas kopi membening
Sebuah buku catatan kau ambil dari tas merah tua
Empat baris sajak tanpa judul adalah yang pertama kubaca
Masih tercium wangi tinta spidol di atas lembar tipis itu
Dadaku seperti diremas tanpa batas
Kau berlalu, malam membatu

Itulah hasil tulisanku dari meja berantakan itu. Setelah kami selesai menulis Kak Is meminta kami membacakan hasil tulisan. Akh.. tiba-tiba saya jadi kurang percaya diri. Bucek mendapat giliran pertama membaca, karena Kak Is akan meminta tolong Bucek untuk membeli beberapa bungkus sate. Rupanya Bucek bisa menulis dengan halus, hasil tulisannya  lumayan bagus. Dilanjut dengan beberapa teman yang lainnya. Laras mendapat giliran terakhir membacakan tulisanya, dia seperti malu-malu dan tidak percaya diri. Padahal setelah ia baca ternyata hasilnya bagus. Menurut penilaian Kak Is semuanya lulus dan berhasil menulis dengan baik. Ada yang berupa narasi seperti Okop, Reni dan Gibran. Ada yang puisi seperti Bung. Sementara saya ternyata jenis tulisanya berupa puisi yang prosaik. Saya juga punya contoh hasil tulisan teman saya Desi yang menurut Kak Is prosa personifikasi:

Laki-laki tua meletakan tas merah tua dengan buku-buku usang di atas meja. Sebentar ia bergegas mencari spidol warna. Hendak ia tuliskan kisah tentang abu rokok yang tak utuh pada asbaknya, ampas kopi yang tersisa pada gelasnya. Laki-laki tua, tak hendak ia tuliskan kisah asmara padanya. 

Itulah hasil tulisan Desi, bagus kan? 
Kak is tidak menduga ternyata beberapa teman yang tidak terbiasa menulis jadi bisa menulis dengan baik, seperti Desi, Gibran, Baysa misalnya. Kak Is juga tidak melihat ada kejanggalan dalam meletakan kata spidol di setiap hasil tulisan saya, Desi dan teman-teman yang lain. Kami semua berhasil menulis menggunakan memekan ini!

Menurut Kak Is, metode ini membimbing imajinasi kami sekaligus membebaskannya. Memaksa kami menggunakan kata-kata yang tersedia dan menghubungkannya dengan apik. Metodi yang unik tapi dahsyat menurut saya.


Itulah tiga metode menulis yang Kak Is berikan semalam. Saya menyimpulkan sendiri dan merasakan bahwa metode pertama saya masih agak bingung dan tidak membuat saya tertarik untuk menulis apapun, mungkin karena ada aturan-aturan dan lebih bersifat tetap.  Metode kedua menggugah saya dan membuat saya ingin sekali menulis prosa seperi novel, cerpen, dll. Sementara metode yang terakhir membuat saya ingin sekali menulis puisi atau bersajak rialah. Pendapat sayapun di iyakan oleh Kak Is. Ia berkata bahwa metode pertama lebih banyak digunakan untuk menulis artikel, esay dll. Metode kedua lebih ke prosa sementara metode terakhir lebih ke puisi. Metode yang diciptakan Kak Is lebih menarik karena langsung bisa jelas dipraktekan, membebaskan kami menuangkan ide dan tidak ribet. Ada tantangan disana.

Tak terasa sudah setengah dua belas malam. Ahh.. masih segar rasanya mata ini. Pelajaran ditutup dengan makan sate bersama-sama sambil ngobrol santai. Tepat jam dua belas saya memutuskan pulang dengan on fire dan tidak sabar sekali ingin menuliskan proses belajar ini di blog saya.  Yeaay!!!

Aktor:
Desi Susan, Vita Oktaviana, Laras Shinta, Gandi Maulana, Baysa, Nobokop, Bung Rico, dan Gibran.




2 comments:

  1. "VOK Audita Perit,Littera Scripta". K is lupa menuliskan kata "Perit".
    Sedangkan sajakmu itu puisi yg prosaik, bukan prosa yg puitik.
    Tulisannta dirapikan lg dooong..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hem....... iya kak is... komen kak is harus yg rapih juga ya,,, hehhehhahaha

      Delete